
Di zaman serba cepat dan penuh ekspresi ini, kata-kata seperti "anjir" dengan mudah meluncur dari lidah anak muda. Tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai bagian dari gaya gaul, ekspresi santai, atau bahkan pelengkap rasa kaget dan kagum. Namun, pernahkah kita merenung sejenak: adakah makna tersembunyi di balik ucapan itu? Apakah semua yang kita anggap ringan benar-benar tidak berdampak?
Lidah Itu Kecil, Tapi Penentu
"Barangsiapa yang beriman kepada Allāh dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kata "anjir" — meskipun tampak ringan — berasal dari kata yang awalnya tergolong makian. Hanya karena diplesetkan, tidak lantas mengubah akar rasanya. Kata ini tetap membawa kesan kasar yang tersembunyi, dan seringkali digunakan tanpa sadar sebagai pelampiasan emosi: marah, kesal, atau bahkan sekadar ikut-ikutan tren.
Bahaya Normalisasi Kata Kasar
Saat sesuatu yang kurang pantas menjadi biasa, kita sedang menormalisasi akhlak yang seharusnya dijaga. Lidah yang terbiasa mengucap makian ringan, lama-lama bisa kehilangan rasa malu dan sopan santun. Tak heran jika sebagian dari kita merasa tak nyaman mendengar ucapan seperti itu, karena nilai-nilai luhur masih hidup di dalam hati.
Lalu, apakah semua bentuk ekspresi itu salah? Tidak juga. Manusia memang punya dorongan untuk mengekspresikan rasa. Namun, bukankah lebih baik jika ekspresi itu disalurkan dengan cara yang tetap menjaga marwah?
Saatnya Kita Bijak dalam Berucap
Adik-adik, sahabat, dan siapa pun yang membaca ini — mari kita mulai dari hal kecil. Kita bisa tetap gaul, tetap seru, tetap modern, tanpa harus kehilangan kesopanan. Banyak kata lain yang bisa menggambarkan rasa kagum, kaget, atau heran. Bahkan, dalam Islam, kita diajarkan berbagai ekspresi yang justru berpahala!
Di blog itbima.blogspot.com, kami sering mengangkat tema seputar etika berbahasa dan budaya Islami, agar generasi muda punya rujukan dalam mengekspresikan diri tanpa meninggalkan nilai-nilai agama. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan kembali ucapan-ucapan Islami yang penuh makna.
Kata Gaul vs Ucapan Islami: Pilih yang Penuh Berkah
Bahasa adalah cermin hati. Yuk, mulai biasakan menggunakan kalimat thayyibah dalam keseharian! Berikut ini perbandingan kata gaul nyeleneh dan ucapan syar'i yang lebih santun dan berpahala.
Kata Gaul / Nyeleneh | Makna / Situasi | Ucapan Islami (Kalimat Thayyibah) | Makna Islami |
---|---|---|---|
Anjir / Anjay / Astaga | Kaget, heran, kagum | Masya Allāh | Apa yang dikehendaki Allāh (kekaguman positif) |
Waduh / Ya ampun | Bingung, panik, sedih | Lā ḥawla wa lā quwwata illā billāh | Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allāh |
Astaga naga | Kaget bercampur bingung | Astaghfirullāh | Aku memohon ampun kepada Allāh |
OMG / Oh my God | Terkejut, kagum, panik | Subḥān Allāh | Maha Suci Allāh |
Kocak bet / Ngakak | Lucu banget | Allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad | Shalawat – menenangkan hati dan berpahala |
Mampus lu / Kualat lu | Marah, kesal | Allāhu Akbar | Allāh Maha Besar – redam amarah |
Sabar woi! | Menahan marah, menenangkan | Ṣabran jamīlā | Kesabaran yang indah |
Fix males hidup | Putus asa, lelah | Tawakkaltu ‘alallāh | Aku bertawakal kepada Allāh |
Dunia nggak adil | Frustrasi, merasa dizalimi | Ḥasbunallāhu wa ni‘mal wakīl | Cukuplah Allāh sebagai penolong kami |
Capek aku, udahan! | Menyerah, lelah | Innā lillāh wa innā ilaihi rāji‘ūn | Kami milik Allāh dan kepada-Nya kami kembali |
Makasih yaa | Ucapan terima kasih | Jazākallāhu khairan | Semoga Allāh membalasmu dengan kebaikan |
Thank you | Ucapan terima kasih (umum) | Barakallāhu fīk | Semoga Allāh memberkahimu |
Hore! | Senang, bahagia | Alḥamdulillāh | Segala puji bagi Allāh |
Semangat dong! | Menyemangati | Lā ilāha illallāh | Tiada Tuhan selain Allāh – meneguhkan iman |
Ekspresi Islami Pengganti Ucapan Gaul
Saat kagum atau terpesona:
• Masya Allāh – “Apa yang dikehendaki Allāh”• Subḥān Allāh – “Maha Suci Allāh”
• Allāhu Akbar – “Allāh Maha Besar”
Saat kaget, kecewa, atau heran:
• Astaghfirullāh – “Aku memohon ampun kepada Allāh”• Lā ḥawla wa lā quwwata illā billāh – “Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allāh”
• Innā lillāh wa innā ilaihi rāji‘ūn – “Kami milik Allāh dan kepada-Nya kami kembali”
Saat marah atau jengkel:
• Ṣabran jamīla – “Kesabaran yang indah”• Allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad – Bershalawat menenangkan hati
Saat gembira atau lega:
• Alḥamdulillāh – “Segala puji bagi Allāh”• Barakallāhu fīk – “Semoga Allāh memberkahimu”
• Jazākallāhu khairan – “Semoga Allāh membalasmu dengan kebaikan”
Saat menghibur atau menyemangati:
• Tawakkaltu ‘alallāh – “Aku bertawakal kepada Allāh”Ucapan Kita, Cermin Hati Kita
Mari jadikan setiap kata sebagai doa, setiap kalimat sebagai kebaikan. Jangan sampai karena satu kata ringan yang tak terjaga, kita kehilangan nilai di hadapan manusia — bahkan di hadapan Allāh ﷻ.
• A‘ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm – “Aku berlindung kepada Allāh dari godaan setan”
• Ḥasbunallāhu wa ni‘mal wakīl – “Cukuplah Allāh sebagai penolong”
Kita mungkin hanya iseng, mungkin hanya meniru teman. Tapi hati-hati, karena lidah kita adalah representasi dari hati kita. Jika kita ingin hidup dengan hati yang bersih, mari jaga ucapan kita sebaik mungkin.
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai oleh Allāh tanpa ia sadari, lalu Allāh mengangkat derajatnya karenanya." (HR. Bukhari)
Yuk, biasakan lisān (lisan) kita untuk mengucapkan kata-kata yang diridhai Allāh ﷻ. Ucapan sehari-hari mencerminkan iman dan bisa jadi amalan ringan yang berpahala berat di akhirat.
Artikel ini dipersembahkan oleh itbima.blogspot.com – blog edukatif yang menginspirasi dengan sentuhan Islam moderat
0 Comments