![]() |
Gambar Cuma Pemanis: Ilustrasi Pasar Daging Bei Abuk Betun |
Dini hari ini, sekitar pukul 03:29 WITA. Sambil menunggu sahur, saya membuka WhatsApp dan melihat notifikasi dari grup MUI Kabupaten Malaka. Begitu saya buka, ada pesan dari Ustadz Zainal Muttaqin yang langsung menarik perhatian saya.
"Informasi penyembelihan sapi hari ini, Sabtu 29 Maret 2025..."
Saya membaca lebih lanjut. Rupanya, penyembelihan sudah dilakukan oleh Ustadz Zainal Muttaqin dan Sanusi. Sebanyak 7 ekor sapi telah disembelih untuk memastikan ketersediaan daging halal di Pasar Bei Abuk dan pasar-pasar di sekitar Kota Betun.
Berikut rincian pemilik hewan dan jumlah sapi yang telah disembelih:
- Om Metos – 1 ekor (Juru sembelih: Ustadz Zainal Muttaqin)
- Tante Udis – 1 ekor (Juru sembelih: Ustadz Zainal Muttaqin)
- T. Oci – 1 ekor (Juru sembelih: Ustadz Zainal Muttaqin)
- Om Ito – 2 ekor (Juru sembelih: Ustadz Zainal Muttaqin)
- Om Yanto – 1 ekor (Juru sembelih: Sanusi)
- Om Son – 1 ekor (Juru sembelih: Sanusi)
Saya terdiam sejenak, lalu berpikir, "Kenapa tidak saya tulis saja di blog ITBima?" Ini bukan sekadar informasi biasa, tapi ada nilai syiar Islam yang perlu dibagikan.
Sebagai seorang Muslim, saya tahu betapa pentingnya memastikan makanan yang kita konsumsi itu halal dan thayyib. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 168)
Halal bukan hanya soal tata cara penyembelihan, tapi juga keberkahan di dalamnya. Daging yang disembelih dengan nama Allah bukan hanya lebih sehat, tapi juga membawa ketenangan dalam hati saat dikonsumsi.
Yang menarik, banyak pemilik sapi yang disebutkan tadi bukanlah Muslim. Namun, mereka dengan kesadaran penuh menyerahkan penyembelihan kepada juru sembelih Muslim. Ini adalah bentuk nyata toleransi dan saling menghormati antarumat beragama di Kabupaten Malaka. Sebuah pemandangan yang patut diapresiasi.
Saya jadi teringat firman Allah dalam Al-Qur’an:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Di Kabupaten Malaka, hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan. Meskipun berbeda keyakinan, ada pemahaman bersama bahwa Muslim membutuhkan daging halal, dan para pemilik hewan yang non-Muslim pun mendukung itu.
Lebih dari sekadar jual beli daging, penyembelihan ini juga dilakukan dengan pengawasan dari MUI Kabupaten Malaka, agar kehalalannya benar-benar terjamin. Dengan adanya pengawasan ini, umat Islam di Kabupaten Malaka bisa lebih tenang saat membeli daging di pasar.
Waktu sahur semakin dekat, dan saya merasa malam ini bukan sekadar menunggu waktu makan, tapi juga mendapat pelajaran berharga tentang bagaimana Islam dan nilai-nilai kemanusiaan bisa berjalan berdampingan dalam kehidupan sehari-hari. Saya menutup WhatsApp, tersenyum, dan berkata dalam hati, "Alhamdulillah, semoga tulisan ini bisa menjadi manfaat bagi banyak orang."
0 Comments