Fenomena filisida, atau pembunuhan anak oleh orang tua sendiri, menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan, terutama dalam konteks pasca-melahirkan. Dalam berbagai kasus, tekanan psikologis, ekonomi, serta kondisi mental ibu yang tidak stabil menjadi faktor utama di balik tindakan tragis ini. Islam, melalui kisah-kisah inspiratif dalam Al-Qur'an, memberikan bimbingan moral dan solusi dalam menghadapi tantangan hidup, termasuk dalam peristiwa kelahiran dan pasca-persalinan. Salah satu kisah yang bisa dijadikan inspirasi adalah kisah Maryam, ibunda Nabi Isa 'alayhissalam, yang menghadapi tekanan luar biasa namun tetap teguh dalam menghadapi ujian.
Maryam dan Ujian Berat Pasca-Melahirkan
Maryam adalah sosok wanita suci yang dipilih oleh Allah untuk mengandung dan melahirkan Nabi Isa 'alayhissalam tanpa adanya campur tangan laki-laki. Allah berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata, 'Wahai Maryam! Sungguh, Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas semua perempuan di seluruh dunia.'" (QS. Ali Imran: 42)
Ketika mengandung dan akan melahirkan, Maryam mengalami tekanan mental yang luar biasa. Tidak hanya beban fisik akibat kehamilan, tetapi juga beban psikologis karena cemoohan masyarakat. Ia bahkan sempat berputus asa dan ingin menghilang dari dunia ini:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma, dia berkata, 'Wahai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.’" (QS. Maryam: 23)
Ungkapan ini menunjukkan bahwa Maryam mengalami tekanan emosional yang sangat berat, bahkan memiliki keinginan untuk menghilang dari dunia ini. Namun, dalam kondisi kritis itu, Allah memberikan pertolongan dengan cara yang luar biasa.
Pelajaran dari Kisah Maryam untuk Ibu Pasca-Melahirkan
-
Dukungan Spiritual dan Keimanan yang Kuat
Maryam tidak dibiarkan sendirian dalam menghadapi ujian tersebut. Allah mengirimkan wahyu dan petunjuk yang menenangkan hati:"Maka dia (Jibril) menyerunya dari tempat yang rendah, 'Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah..." (QS. Maryam: 24-26)
Dalam ayat ini, Allah mengajarkan bahwa setiap ibu yang mengalami tekanan pasca-melahirkan harus mendapatkan ketenangan dan dukungan, baik dari segi spiritual maupun fisik. Makanan yang bergizi seperti kurma dan air sangat dianjurkan karena dapat membantu mengembalikan energi serta mengurangi stres.
-
Menjaga Kesehatan Mental dan Emosional
Allah memerintahkan Maryam untuk berpuasa bicara sejenak:"...Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 26)
Ini adalah bentuk coping mechanism yang sangat baik untuk meredakan tekanan emosional. Dalam konteks modern, seorang ibu yang mengalami baby blues atau depresi pasca-melahirkan membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dan mendapatkan dukungan psikologis.
-
Peran Lingkungan dalam Mendukung Ibu Pasca-Melahirkan
Salah satu faktor yang menyebabkan filisida adalah kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan masyarakat. Maryam, dalam kisahnya, harus menghadapi stigma sosial yang luar biasa. Namun, dengan kekuatan iman dan petunjuk dari Allah, ia mampu menghadapi semua itu.Dalam kehidupan nyata, keluarga dan masyarakat harus mengambil peran aktif dalam membantu ibu yang baru melahirkan agar tidak mengalami tekanan yang berujung pada tindakan yang tidak diinginkan. Suami, keluarga, dan tenaga medis harus memahami pentingnya kesehatan mental ibu, mendukung mereka secara emosional, serta memberikan bantuan yang dibutuhkan.
-
Mengatasi Baby Blues dan Depresi Pasca-Melahirkan
Berdasarkan kisah Maryam, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah tindakan ekstrem akibat tekanan pasca-melahirkan:
- Memberikan dukungan spiritual: Membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan memperkuat hubungan dengan Allah dapat menenangkan hati.
- Mengonsumsi makanan bergizi: Kurma, madu, dan makanan bernutrisi lainnya sangat baik untuk pemulihan ibu.
- Membantu ibu untuk mendapatkan istirahat cukup: Kelelahan ekstrem dapat meningkatkan risiko depresi. Suami dan keluarga harus mengambil peran dalam merawat bayi agar ibu bisa beristirahat.
- Membantu ibu dalam mengelola emosi: Jika seorang ibu merasa tertekan, sebaiknya ia didampingi oleh suami atau keluarga agar tidak merasa sendirian.
- Mencari bantuan profesional: Jika seorang ibu mengalami gejala depresi berat, konsultasi dengan psikolog atau tenaga medis sangat disarankan.
Kisah Maryam memberikan pelajaran berharga bagi para ibu dalam menghadapi tekanan pasca-melahirkan. Allah menunjukkan bahwa dengan keimanan, dukungan sosial, dan usaha menjaga kesehatan mental serta fisik, seorang ibu bisa melewati fase sulit ini dengan baik. Dalam masyarakat modern, filisida dapat dicegah dengan cara memperhatikan kesehatan mental ibu, memberikan dukungan sosial yang cukup, serta meningkatkan pemahaman akan pentingnya perawatan pasca-persalinan.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah Maryam dan berperan aktif dalam mencegah tragedi yang tidak diinginkan dalam keluarga.
0 Comments