
"Jika rumah terasa sunyi, mungkin karena Al-Qur’an belum dibacakan di dalamnya. Suara anak-anak mengaji, adalah cara langit mengetuk pintu rahmat." — Catatan Guru Ngaji
"Suara Itu Kembali Menggema"
Sudah hampir dua bulan lamanya rumah ini terasa sunyi. Tidak ada lagi suara riuh rendah anak-anak mengaji seperti biasanya. Wajar saja, beberapa waktu lalu adalah bulan Ramadan. Anak-anak santri TPQ Al-Munir sebagian besar meminta izin untuk libur. Mereka ingin lebih fokus menjalani ibadah puasa dan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di masjid, terutama menjelang waktu berbuka. Waktu mereka begitu padat, dan aku sangat memahaminya.
Hari ini, aku duduk di ruang tengah rumah, di depan laptop, menyelesaikan tugas-tugas PPG dalam jabatan dari Kementerian Agama RI. Suasana masih sepi, hanya suara ketikan di keyboard yang terdengar. Tapi tiba-tiba...
“Assalamu’alaikum warahmatullah…”
Satu demi satu suara kecil itu terdengar dari luar pintu. Aku berhenti mengetik. Jantungku terasa hangat. Senyum spontan muncul di wajahku. Ya Allah, mereka datang…
Anak-anak masuk ke dalam rumah sambil berbaris rapi, menyalami tanganku satu per satu. Ada yang langsung duduk di tempat biasanya, ada pula yang tersenyum malu-malu karena sudah lama tak mengaji. Rasa capek yang sejak tadi mendera karena duduk lama di depan laptop seketika hilang. Kedatangan mereka seperti embun penyejuk di tengah hari yang panas. Dalam hati aku bersyukur, "Alhamdulillah... mereka kembali."
Suara bacaan Al-Qur’an kembali menggema di dalam rumah ini. Suara yang kurindukan. Suara yang menjadi penyejuk hati dan pengingat akan nikmatnya mendidik. Anak-anak kembali membuka mushafnya, melafalkan huruf demi huruf, ayat demi ayat. Meski belum sempurna, tapi semangat mereka luar biasa. Itulah yang membuatku terus semangat untuk mengajar mereka, hari demi hari.
Di akhir pengajian, seperti biasa aku beri mereka nasihat kecil.
“Anak-anak, ingat ya… membaca Al-Qur’an itu bukan hanya kewajiban, tapi juga kebutuhan hati kita. Di mana pun kalian berada, jangan pernah tinggalkan Al-Qur’an. Walaupun hanya satu ayat, bacalah setiap hari. Karena Al-Qur’an akan menjadi cahaya hidup kalian, bahkan sampai di alam kubur.”
Aku lihat mereka mengangguk pelan, ada yang tersenyum, ada juga yang terlihat termenung. Lalu aku lanjutkan,
“Dan satu lagi, jangan pernah lupa bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Beliau sangat mencintai kita semua. Setiap kali kita bershalawat, Allah dan para malaikat pun bershalawat untuk kita. Shalawat itu mendatangkan ketenangan, keberkahan, dan pertolongan dari Allah.”
Anak-anak kembali mengangguk. Aku tahu mungkin belum semuanya mengerti sepenuhnya, tapi kata-kata yang tulus insyaAllah akan tertanam dalam hati mereka. Dan semoga kelak tumbuh menjadi amal sholeh.
Sore menjelang malam ini rumah kembali hidup. Bukan karena cahaya lampu, tapi karena cahaya Al-Qur’an dan suara shalawat yang tulus dari lisan-lisan kecil yang suci. Semoga Allah menjaga mereka, menjadikan mereka anak-anak sholeh dan sholehah, penyejuk mata orang tua dan penerus cahaya Islam di masa depan.
Dan untuk para orang tua, terima kasih atas kepercayaannya menitipkan anak-anaknya untuk belajar di TPQ ini. Mari kita terus bersama mendidik mereka, bukan hanya menjadi pintar, tapi juga menjadi pribadi yang beriman dan berakhlak mulia.
Karena sejatinya, seorang guru ngaji bukan hanya mengajar baca huruf, tapi juga menghidupkan hati.
Dan kepada para sahabat guru ngaji di mana pun berada, mari kita terus menyalakan lentera iman di hati anak-anak ini. Mereka mungkin belum fasih, belum sempurna. Tapi percayalah, setiap huruf yang mereka lafalkan dari bimbingan kita, akan menjadi saksi di hadapan Allah kelak.
Kita tidak hanya sedang mengajar mereka cara membaca Al-Qur’an. Kita sedang membangun generasi yang mencintai Rasul-Nya, menjaga shalatnya, dan hidup bersama nilai-nilai langit.
0 Comments