Ada spesies unik di sekolah kita yang sangat mudah dikenali: siswa yang malas belajar. Mereka bukan sekadar tidak suka pelajaran, tapi punya filosofi hidup tersendiri. Menurut mereka, belajar itu penting—tapi nanti saja, saat dunia tidak semenyebalkan sekarang. Mereka ahli dalam menunda: tugas dikerjakan saat menit terakhir, ujian dipelajari setelah azan subuh, dan buku hanya dibuka saat mencari kertas kosong untuk corat-coret.
Kreativitas mereka luar biasa jika urusannya menghindar belajar. Ada yang tiba-tiba punya "sakit mendadak" saat jadwal matematika, ada yang jadi relawan membersihkan kelas saat guru mulai menjelaskan, dan ada juga yang jadi filsuf dadakan, merenungkan hidup sambil menatap kipas angin. Bahkan ketika guru menjelaskan, mereka mampu masuk ke mode meditasi tingkat tinggi—terjaga secara fisik, tapi roh entah ke mana.
Lucunya, saat ditanya kenapa tidak belajar, jawabannya penuh logika. “Belajar itu bikin stres, Bu.” Atau, “Nilai bukan segalanya.” Bahkan ada yang berkata bijak, “Hidup itu bukan soal ranking, tapi tentang bagaimana kita menikmati proses.” Kalimat yang tampak dalam, tapi biasanya diucapkan sambil memeluk bantal di pojok kelas. Mereka tidak malas, katanya, hanya sedang mencari zen dalam dunia pendidikan yang penuh tekanan.
Namun, ketika ada sinyal guru akan mengadakan kuis mendadak, mereka berubah. Seketika suasana kelas jadi lebih aktif dari biasanya. Mendadak bertanya, mendekati teman yang rajin, bahkan mengeluarkan buku dari dasar tas yang sudah berdebu. Dalam lima menit, mereka bisa menyerap pelajaran satu semester—atau setidaknya, menghafal jawaban pilihan ganda A-B-C secara acak dengan harapan langit membantu.
Tapi tentu, ini semua bukan akhir dari segalanya. Sebab di balik kemalasan itu, selalu ada harapan. Siswa malas hari ini bisa menjadi pemikir besar esok hari—asal sadar sebelum terlambat. Islam pun memuliakan ilmu, dan Nabi SAW bersabda: "Barang siapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali." (HR. Tirmidzi). Maka marilah, wahai siswa yang masih cinta rebahan, bergeraklah sedikit saja—ke arah meja belajar.
0 Comments