Dalam pidatonya, beliau mengisahkan pengalaman seorang ibu yang kehilangan uang dalam jumlah besar akibat perampokan. Meski demikian, sang ibu tetap memilih untuk bersyukur dengan tiga alasan sederhana namun penuh makna:
- Bersyukur karena yang dirampok adalah uangnya, bukan dirinya.
- Bersyukur karena uang itu miliknya sendiri, bukan milik orang lain.
- Bersyukur karena dirinya bukan pelaku perampokan.
“Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap peristiwa, bahkan dalam kehilangan sekalipun, kita tetap bisa menemukan alasan untuk bersyukur,” tutur Bapak Rudolf di hadapan para peserta apel.
Beliau menegaskan, rasa syukur adalah kunci dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam kegiatan belajar di sekolah. “Syukur karena hari ini kita masih diberi kesempatan berkumpul, masih sehat, dan masih bisa belajar bersama,” tambahnya.
Acara apel kemudian ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh dua orang siswa, mengiringi harapan agar seluruh kegiatan belajar mengajar pada hari ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Apel pagi ini kembali menegaskan peran sekolah bukan hanya sebagai tempat menimba ilmu, tetapi juga wadah pembentukan karakter, khususnya melalui nilai syukur yang ditekankan kepada seluruh peserta didik.
0 Comments