Header Ads Widget

+ Ikuti

JATI DIRI SISWA YANG HILANG


Terkesan siswa kurang kemajuan belajar. Baik guru, orang tua maupun masyarakat seringkali menyentil bahwa siswa kurang sekali membaca buku, baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah maupun pengetahuan umum lainnya Mereka justru menghabiskan waktu untuk hura-hura dengan teman sebaya atau yang lainnya, mengutak-atik HP, menonton acara TV, bahkan cuma duduk bersantai-santai sambil mengepulkan asap rokok atau dengan mabuk-mabukan dengan miras, dan melakukan aksi ngebut-ngebutan kendaraan di jalan raya yang sering meresahkan masyarakat.

Peserta didik di era sekarang ini cenderung mengesampingkan tugas pokok belajarnya, baik itu di sekolah maupun di rumah Mereka malah lebih cenderung mengisi waktu dengan pacaran, dengan SMS HP dengan menonton TV, dengan hura hura, cuma asyik memperbincangkan model artis, dengan kegiatan ekstra, dan sejenis lainnya Sedangkan kegiatan membaca atau belajar atau sejenisnya yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan nyaris tak ada waktu.

Sentilan guru, orang tua maupun masyarakat tentang soal tersebut sama sekali tidak disadari sendiri oleh siswa yang bersangkutan Pada hal sesungguhnya mereka sedang bermasalah berkaitan dengan "jati diri mereka yang hilang" Problem mereka adalah niat untuk belajar tidak murni. Karena mereka seakan-akan berjuang tanpa suatu cita-cita yang sesungguhnya menjadi landasan perjuangan. Sejak dini saat menginjakkan kaki di sekolah siswa sudahditanyai guru tentang apa yang disukai atau apa yang diminatinya, dan tentunya ia akan dengan polos menjawab apa yang disukainya. Demi mewujudkan cita-cita itu dia harus belajar Potensi dan bakat yang dimiliki siswa bisa dikembangkan hanya lewat belajar dan praktek.Bila potensi dan bakat itu tidak dikembangkan maka tidak ada manfaatnya untuk diri dan orang lain. Tentunya siswa tak mungkin akan mengalami perubahan dalam dirinya.

Namun seiring berjalannya waktu lalu serta merta siswa dengan kepolosannya memasuki arus globalisasi yang mana kala siswa lupa diri untuk apa dia sekolah atau sekolah itu untuk apa Cita-citanya semakin kabur malah semakin mengambang Minat belajar belajar kian merosot.

Sekolah bukan lagi tempat belajar,bukan lagi ajang aktualisasi potensial,bukan lagi eksplorasi diri, bukan lagi mengadu persaingan nalar dan logika, melainkan sekolah menjadi tempat berkumpul bersama teman, tempat hiburan belaka,tempat mengadu asmara, tempat berekspresi keanehan, tempat untuk adu otot, dan lain sebagainya.

Motivasi bimbingan serta arahan dari para pendidik kepada siswa jaman ini tidak mendapat respon yang baik, tidak dimaknai, malah dianggap kurang bermanfaat Begitulah kecenderungan siswa generasi jaman ini Segala metode, teknik dan strategi telah diterapkan oleh guru, pimpinan lembaga, dalam hal ini kepala sekolah dengan tendensi menyadarkan peserta didik, namun oleh segelintir siswa mungkin dianggap berguna, tetapi mayoritas mungkin mengganggap sebaliknya cuma hal sepeleh, basa-basi belaka, malah ditanggapi dengan sikap apatis terhadap semuanya itu.

Asumsi yang benar, bahwa sekolah sebagai wadah siswa menimba segala macam ilmu, dan keterampilan dan pengelaman hidup. Melalui sekolah siswa belajar, demi meraih cita-cita masa depan Selain itu, sekolah tempat dimana proses sosialisasi dengan sesama siswa guru dan segala perangkat lainnya. Hal itu penting demi masa depan peserta didik. Dengan belajar siswa bisa mengaktualisasi potensi dan bakat semakin kreatif dan inovatif dalam mendapatkan ilmu dan pengalaman hidup

Memang kesadaran siswa tentang jati dirinya hilang. Sebab mereka lupa akan cita-citanya dimana mereka kehilangan minat pada pelajaran dan kegiatan sekolah Kecenderungan negetif mereka, misalnya suka ramai-ramai di kelas, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,menyontek saat ulangan membolos dan alpa, malah seringkali membuat kasus di kelas ataupun di luar kelas, tidak belajar walaupun ada ulangan, mengiyakan guru belaka, pacaran di kelas, mengobrol yang tidak berhubungan dengan pelajaran, memperoleh nilai kurang tidak dianggap masalah tidak merasa bersalah jika melanggar tata tertib sekolah, dsb. Kelakuannya menimbulkan situasi sekolah yang tidak kondusif Segala macam hal tersebut merupakan indicator bahwa jati diri siswa hilang. Mereka sungguh tidak mengenal diri dengan baik mereka tidak memiliki cita-cita yang jelas Kehadiran mereka di sekolah tanpa motivasi yang jelas dan apalagi minat belajar

Faktor penyebab dalam problem itu, antara lain:

1. Siswa pada umumnya kurang menyadari cita-citanya Tidak tahu untuk apa mereka sekolah Kemana mereka harus pergi I Malah sering mereka menjadi bingung sendiri. Tetapi dalam ketidak pastian,ia pun tak ingin ketinggalan mengikuti jejak sesama rekannya hari demi hari mengikuti kegiatan rutinitas sekolah Walau tanpa suatu cita-cita yang jelas.

2. Kurangnya perhatian orang tua dalam memberikan semangat kepada anak Peran orang tua sangat penting dalam menyemangati anaknya untuk berminat dengan pelajaran Karena dengan belajar anak bisa mewujudkan cita-citanya. Perhatian orang tua kepada anak sering kali diabaikan Umumnya orang tua beranggapan bahwa memberi motivasi dan bimbingan kepada anak adalah tugas guru di sekolah.

3. Guru yang tidak menyenangkan juga menyebabkan siswa malas belajar Kediktatoran guru menyebabkan siswa tidak leluasa mewujudkan kreativitasnya, dan akan cenderung cepat bosan mengikuti pelajaran.

4. Siswa telah membangun image bahwa ujian akhir pasti lulus seratus persen Pengalaman beberapa tahun terakhir ini prosentase kelulusan selalu tinggi Tanpa suatu persiapan pun mereka sudah yakin pasti lulus sekolah tentunya akan mengatur siasat untuk sukses dalam ujian Maka ketergantungan siswa kepada pihak sekolah sangat tinggi lewat cara yang tidak terpuji, alias bermain curang.

Jati diri siswa yang hilang harus dibangkitkan kembali. Disini penulis memiliki beberapa solusi, yakni:

1. Siswa disadarkan kembali mengenal cita-citanya Mereka harus temukan jawaban untuk apa sekolah? Untuk orang tua? Untuk diri sendiri? Untuk orang lain? Tidak untuk apa apa? Penulis yakin mereka akan menemukan jawabannya sendiri.

2. Baik orang tua maupun guru bekerjasama dan saling mendukung memberi motivasi serta memperhatikan kebutuhan anak atau peserta didik.

3. Pengelola dan penyelenggara pendidikan harus membangun komitmen terhadap aturan dan tata tertib sekolah agar mutu pendidikan dapat dibangun kembali Hindarilah kebijakan dan tindakan yang tidak terpuji, yang dapat melecehkan wibawa guru

Sekiranya semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, terutama para pendidik (guru) menyadari kelemahan yang ada di lembaga pendidikan dan sepakat membangun kembali jati diri siswa yang hilang itu. Agar tidak cuma menghantar siswa menuju sukses belajar, tetapi lebih dari pada itu menghantar mereka merengkuh kesuksesan hidup.
___________
Harekakae, 17 Desember 2022
Drs. Markus Hale
Guru Senior SMA Negeri Harekakae

Post a Comment

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

1 Comments

BLOG INI MENAMPILAN TULISAN LAYAK BACA YANG MEMUAT BERBAGAI MACAM ILMU DAN INFORMASI TERKINI DAN TERAPDATE, JANGAN LUPA KLIK TOMBOL BERLANGGANA UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI POSTINGAN TERBARU. TERIMAKASIH...!